Cara Memahami Wanita

Bisakah Anda memahami perempuan?
Bukan karena membingungkan, tapi karena perempuanlah makhluk yang paling ambigu. Kita tidak pernah tahu pentingnya mereka bagi kita sampai kemudian kita kehilangan mereka. Kita tidak akan pernah bisa memahami kenapa mereka bersedia berpakaian seksi, kelayapan di mall, tapi menolak untuk dipelototi. Kita juga tidak pernah bisa memahami kenapa mereka bersedia melakukan operasi pengencangan payudara (artinya payudara mereka selanjutnya terbuat dari plastik, sama dengan ember) padahal mereka tahu bukan bagian itu yang membuat kita mencintai mereka.

Saya tidak pernah bisa memahami mereka. Dan tidak ingin mencoba lagi. Bukan karena saya kapok. Tapi karena saya tidak akan pernah bisa. Bisakah Anda memahami kenyataan berikut ini: mereka sangat seksi dengan pakaian dalam miu-miu tapi menjadi biasa saja ketika telanjang bulat? Mereka bisa sangat menggairahkan dengan rok yang tersingkap sedikit saja dan memaksa kita berpikir yang tidak-tidak, tapi kemudian malah terlihat lucu ketika telanjang sebab ada sisa lemak di sana-sini. Mereka jugalah yang bersedia memakai bra dengan penopang kawat, supaya kita memperhatikan dan mengaguminya dengan takjub. Minimal supaya kita tidak melihat ’isi kawat’ tetangga.

Bisakah Anda pahami semua itu?
Semua perempuan matre: sebab mereka menyukai keindahan, dan keindahan adalah daftar harga yang harus kita bayar. Hanya alam yang memberikan keindahan secara gratis, meskipun jalan menuju ke sana tetap harus bayar. Semua perempuan suka dipuji: sebab mereka menikmati pujian. Tapi pujian yang berlebih dan tidak tepat waktu justru membuat mereka jengah. Pujian Anda akan dimaknai gombal, walaupun mereka tetap suka digombali. Hampir semua perempuan mencintai anak kecil, dan mereka jugalah yang mengidap baby blues. Hampir semua perempuan mengatakan hal ini: gue capek nangis mempertahankan hubungan kita. Dan itu dikatakan sambil menangis. Hampir semua perempuan mengidap sindroma ini: pada usia 17 – 23 tahun selalu come up dengan pertanyaan siapa el-lu. Pada usia 24 – 29 tahun come up dengan pertanyaan siapa gue. Pada usia 30 – 35 tahun come up dengan pertanyaan siapa aja deh pokoknya kawin.

Hampir semua perempuan menangis usai mengucapkan ijab-kabul, dan membiarkan kita bingung sendiri mengartikan tangisan itu ekspresi rasa gembira atau ekspresi menyesal telah menikah dengan kita. Perempuan jugalah yang dianugerahi kelebihan terutama mencium bau busuk selingkuh kita. Sesekali mungkin Anda bisa menipu mereka, tapi mereka cepat belajar. Perempuan jugalah yang sanggup datang menemui wanita selingkuh kita, mengajaknya belanja dan nyalon bersama, mengajaknya meni-pedi, sambil meminta si wanita melepas kita untuk kembali ke rumah secara baik-baik, dan tak bercerita apa pun ke kita karena justru selingkuhan kita yang bercerita. Perempuan jugalah yang bisa menahan rasa sakit 9 kali lebih baik dari kita pria.

Masihkah Anda berusaha memahami mereka?

Usaha memahami perempuan, sejatinya, bukan usaha yang sia-sia. Minimal kita tahu pada akhirnya kita selalu gagal memahami mereka. Mereka bisa sangat tahu hadiah apa yang kita butuhkan di hari ulang tahun kita. Tapi kita harus bertanya ke temannya hadiah apa yang pas untuknya di hari ulang tahunnya. Kita menyerahkan sepenuhnya kepada mereka pilihan film yang akan ditonton, dan sesampai di dalam kita memikirkan hal lain yang tidak berhubungan dengan film tersebut. Ketika mereka bertanya apakah kita menikmati filmnya, dengan semangat tipsani (tipu sana-sini) kita berujar: owh, tentu. Kamu yang milih kan . Kita tidak berani mengatakan film itu membosankan, hanya karena kita tidak ingin menyinggung perasaan mereka. Kita selalu mengganggap mereka fragile, lemah. Tapi ketika mereka mengatakan enough is enough, kita yang datang menyembah termehek-mehek dengan janji sejuta surga. Anehnya, kadang mereka percaya akan ada sejuta surga.

Jika ada orang ke tiga di antara kita dan mereka, biasanya kita menyelesaikannya dengan ancaman, dengan hardikan. Sedangkan mereka menyelesaikannya dengan cara yang lebih elegan: mandi selama mungkin, berdandan secantik mungkin, tersenyum seyahud mungkin, dan menyapa seindah mungkin. Mereka hendak mengatakan, hei..., see, saya lebih cantik dari perempuan yang hendak mengganggumu itu. Cupunya kita, men’s talk selalu sekitar paha dan dada: siapa sudah mencicipi siapa, siapa sudah merasakan siapa, siapa dengan ukuran berapa, siapa sempit siapa lebar, siapa basah siapa kering –seakan-akan ukuran, sempit, kering menjadi penting kalau tidak akan terjadi kiamat. Sementara girl’s talk selalu tentang siapa lebih charming dari siapa, siapa yang ingin mencium siapa. Sesekali mereka juga membahas ukuran, tapi biasanya dilakukan untuk lucu-lucuan saja.

Kita sering membahas ukuran mereka. Padahal ketika ’pertandingan mencangkul sawah’ dilaksanakan, kita jarang ’menunggu’ mereka. Bagi mereka, keluar bareng adalah ekspresi cinta sejati. Tapi bagi kita keluar bareng adalah ekspresi usai nonton bioskop. Ini bukan soal jender, tapi kenyataan bahwa kita tidak mampu memahami kedalaman cinta mereka. Kita selalu mahir berkisah tentang pekerjaan-pekerjaan kita, tentang dunia yang hendak kita raih, dengan sedikit bumbu di sana-sini, dan mereka kita minta mendengarkan saja dengan takzim. Ketika mereka bercerita tengtang Zara, tentang Nine West, kita mulai menempelkan stiker matre ke kening mereka. Padahal, hei, mereka menyukai keindahan, yang ujung-ujungnya akan dipersembahkan kepada kita. Kita saja yang tidak mampu memahami maknanya.


Sumber : Cara Apapun

Komentar